Danau Sarawandori dari atas
Bayangkan sebuah telaga besar berair tenang, jernih dan berwarna hijau kebiruan. Itulah bayangan saya akan Danau Sarawandori. Lebih tepatnya, itulah yang diinformasikan Bapak Yulius Makabori, Kepala Pemberitaan Radio Republik Indonesia (RRI) Kota Serui, Kabupaten Yapen seusai mewancarai kami, Petualang ACI, sore tanggal 18 Oktober 2010 lalu. Menurut pria yang tahu benar seluk-beluk wisata d Kabupaten Yapen ini, Danau Sarawandori punya kejutan untuk mereka yang mengunjungi pertama kali. Bapak Bonen Waimuri, Ketua Lembaga Masyarakat Adat Kabupaten Yapen yang menemani obrolan sore kami pun mengamini.Kedua tokoh senior kabupaten kepulauan ini hanya tersenyum-senyum saja ketika menceritakan danau yang juga direkomendasikan Lonely Planet itu. Esoknya, kami berkendara ke danau ini dengan bersemangat. Setelah sekitar satu jam ke arah barat Kota Serui, pendamping kami, Kak Boi, menawarkan untuk turun ke salah satu sisi danau.Benar saja. Danau ini berwarna hijau kebiruan. Airnya jernih. Di sisi ini batu-batu kapur memenuhi tepi danau. Air kebiruan menandakan kedalaman air. Banyak ikan kecil berwarna kebiruan. Sebentar. Ikan-ikan ini setahu saya ikan laut. Jangan-jangan…Kami kembali berkendara. Kak Boi bilang ada satu lokasi untuk menikmati luasnya Danau Sarawandori. Dari tempat bernama Borobudur ini, kami bisa melihat seluruh sisi danau. Bentuk danau terlihat tidak beraturan. Seluruh sisinya menjorok ke dalam membentuk teluk-teluk kecil. Di bagian tengah, air danau terlihat berwarna biru-hijau gelap. Nama Borobudur sendiri didapat dari sebongkah batu karang di tepi jalan yang berundak-undak mengecil di atas. Agak jauh dari bentuk Candi Borobudur. Tapi tak apa lah.Danau sarawandori serui papua
Ternyata danau ini berbatasan langsung dengan tepi laut. Tunggu, ternyata danau ini tersambung dengan laut. Inikah yang dimaksud kejutan di serui ini yang di sebut dengan danau danau di serui untuk membawa kami ke titik dimana gerbang danau menuju laut dapat terlihat.Seketika jantung ini berdebar-debar. Layaknya menunggu seorang kekasih, saya tak sabar menanti saat melihat ‘sambungan’ danau dan laut ini. Di sebuah bukit, di halaman sebuah gereja saya bisa melihat dengan jelas, danau di sisi kiri dan teluk di sisi kanan. Tapi, gerbang yang kami cari persis berada di bawah kami. Tertutup oleh gundukan bukit dan rimbun pepohonan.Kami kembali memacu kendaran. Kali ini langsung turun ke tepi pantai yang berbatasan langsung dengan laut. Pemandangan lebih indah terpampang di depan mata. Air biru jernih berpagar bukit kapur. Sayangnya, gerbang yang kami maksud masih juga tak terlihat.“Mungkin harus naik sampan atau perahu,” pikir saya. Sayangnya, kami tak punya waktu banyak untuk menyewa sampan. Ah, sayang sekali. Padahal, gerbang keluar itu pastilah sangat indah diabadikan dari arah laut maupun dari dalam danau.Walau tak sempat melihat gerbang danau-laut, keindahan Danau Sarawandori tetap memikat hati. Masyarakat sekitar danau nampaknya belum terbiasa melihat turis. Kami sempat disambut dengan hangat. Tak sopan menolak sambutan itu. Tapi apa daya, jadwal yang padat memaksa kami untuk segera beranjak ke lokasi wisata berikutnya.
No comments:
Post a Comment